Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar (Tugas Softskill Semester 2)

1.        Pendahuluan
            Ilmu Alamiah Dasar (IAD) merupakan salah satu komponen dari sejumlah Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dan menjadi mata kuliah wajib di fakultas non-eksakta.
1.1.       Pengertian dari Ilmu Alamiah Dasar
IAD mempermasalahkan struktur dan berlangsungnya dunia alam, dimana manusia pun dianggap sebagai bagian dari alam itu sendiri. Dan lingkungan hidup meliputi sejumlah kondisi ekstern di sekitar organisme yang ikut serta secara dekat mempengaruhi kehidupanan dan perkembangan organisme yang bersangkutan.
IAD bukanlah suatu ilmu tersendiri, melainkan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
1.2.       Perkembangan Alam Pikiran Manusia
1.    Sifat Unik Manusia
Bumi tempat manusia hidup berisi dua macam mahluk, benda yang sifatnya anorganis dan mahluk yang sifatnya organis. Yang pertama sering disebut sebagai benda mati dan yang kedua disebut mahluk hidup. Benda mati tunduk pada hukum alam (deterministis), sedangkan mahluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (Biologis). Masing-masing memiliki tingkat-tingkat dalam perwujudannya.
Benda bersifat mati, tetap dan tunduk pada hukum alam, sehingga tidak memiliki perilahu (attitude). Benda tidak bergerak atas kemauan atau kekuatan sendiri, melainkan oleh kekuatan luar.
Mahluk organis memiliki kehidupan sehingga mempunyai perilaku. Tumbuhan sebagai mahluk terendah memiliki perikehidupan yang sederhana. Binatang yang lebih tinggi tingkatnya memiliki perilaku yang lebih baik. Manusia sebagai mahluk tertinggi memiliki perilaku yang lebih sempurna. Namun secara umum mahluk-mahluk tersebut memiliki beberapa prinsip yang sama, antara lain, daya gerak, naluri untuk mempertahankan diri, serta untuk mengembangkan keturunannya.
Dibandingkan dengan mahluk lain, jasmani manusia adalah lemah, tetapi rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat.
Umumnya dikatakan bahwa manusia berbeda dengan binatang karena akal budi yang dimilikinya. Akal bersumber pada otak dan budi bersumber pada jiwa.
Perbedaan manusia disbanding binatang, nampak lebih jelas bila dirinci lebih jauh:
a.    Manusia dapat berfikir, sehingga merupakan mahluk yang cerdas atau bijaksana (homosapiens)
b.    Manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya, sehingga disebut manusia kerja (homo faber)
c.    Manusia dapat berbicara (homo longuens) sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melaui bahasa kepada manusia lain
d.   Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo socius)
e.    Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo aeconomicus)
f.     Manusia menyadari adanya kekuataan gaib yang memilik kemampuan yang lebih hebat dari manusia, sehingga menjadi manusia berkepercayaan atau beragama (homo religious).
2.      Rasa Ingin Tahu
Dengan akal budi yang dimilikinya, pada manusia timbul rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Dalam benaknya manusia selalu bertanya karena keingintahuannya. Rasa ingin tahu ini bendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia. Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak terbatas pada obyek-obyek yang dapat diamatin dengan pancaindra saja atau meliputi pengetahuan tentang kebutuhan praktis sehari-hari, tetapi juga masalah lain yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah, dan sebagainya.
Dengan meningkatnya kemampuan mengingat dan berpikir, manusia dapat mendayagunakan pengetahuan terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuan yang baru sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih baru lagi. Proses demikian terus berlangsung sehingga terjadi akumulai pengetahuan seperti yang kita rasakan dewasa ini.
Perkembangan pengetahuan lebih dipermudah atau dipelancar lagi dengan adanya tukar-menukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman manusia yang satu dengan yang lain sehingga akumulasi pengetahuan berlangsung lebih cepat.
1.3.       Mitos, Penalaran dan Cara Memperoleh Pengetahuan
Pada awal prasejarah kemampuan manusia masih terbatas, baik keterbatasan pada peralatan maupun keterbatasan pemikiran. Keterbatasan peralatan menyebabkan pengamatan menjadi kurang seksama, dan cara berfikir yang sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat. Dengan demikian pengetahuan yang terkumpul belum dapat memberikan kepuasan terhadap rasa ingin tahu manusia, dan masih jauh dari kebenaran.
Untuk menjawab keingintahuan tentang alam, manusia menciptakan mitos. Mitos merupakan cerita yang dibuat-buat atau dongeng yang pada umumnya menyangkut tokoh kuno, seperti dewa atau manusia perkasa, yang ada kaitannya dengan apa yang terdapat di alam.
Secara garis besar dapat dibedakan 3 macam mitos, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat, dan legenda. Dalam mitos sebenarnya manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, namun belum tepat karena kurangnya pengetahuan, sehingga orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa.
Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat, biasanya juga disampaikan dari mulut ke mulut sehingga sulit diperiksa kebenarannya.
Dalam mitos sebagai legenda, dikemukakan tentang seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Pada masa prasejarah tersebut, mitos dapat diterima dan dipercaya kebenarannya karena:
1.      Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan pengindraan, baik langsung maupun dengan alat.
2.      Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
3.      Rasa ingin tahunya terpenuhi.
Kegiatan untuk memperoleh atau menemukan pengetahuan yang benar disebut berpikir, sedangkan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang benar disebut penalaran. Pengetahuan yang diperoleh tidak berdasarkan penalaran digolongan pada pengetahuan yang non ilmiah atau bukan ilmu pengetahuan.
Terdapat beberapa cara untuk memperoleh kesimpulan yang berdasarkan penalaran, yaitu:
1.      Prasangka, pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan
2.      Intuisi, kegiatan berpikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pola berpikir tertentu. Pandangan batiniah yang serta merta tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran, tanpa penuturan pikiran
3.      Trial and error, suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan.
2.        Metode Ilmiah
2.1.       Ilmiah dan Tidak Ilmiah
Tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu atau ilmiah, adalah:
a.       Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya, atau didukung metodik fakta empiris
b.      Metodik, artinya pengetahuan ilmiah itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol
c.       Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh
d.      Berlaku umum atau universal, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
2.2.       Langkah - Langkah Operasional
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari ilmu alamiah. Pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, yakni sifat rasional dan teruji, sehingga pengetahuan yang disusun dapat diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah menggabungkan cara berpikir induktif dan cara berpikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir dimana ditarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Cara berpikir deduktif terkait dengan pengetahuan rasionalisme. Pengetahuan ini memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan sifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumulkan sebelumnya. Rasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran.
Cara berfikir induktif adalah cara berpikir yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari pernyataan khusus. Cara berpikir induktif terkait dengan empirisme, dimana dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung. Empirisme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran.
Langkah – Langkah Metode Ilmiah:
1.      Perumusan masalah
Yang dimaksudkan dengan masalah merupakan pertanyaan apa, mengapa, atau bagaimana tentang suatu obyek yang diteliti. Masalah ini harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.      Penyusunan hipotesis
Merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan, materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
3.      Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakan fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis atau tidak.
4.      Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan didasarkan atas penilaian atau melalui analisis dari fakta untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak. Hipotesis di terima bila fakta yang terkumpul itu mendukung hipotesis tersebut.
2.3.       Keunggulan dan Keterbatasan
A.    Keunggulan
Ciri ilmiah yaitu obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum olehkarena itu orang akan terbimbing sedemikian hingga padanyaterkembangkan suatu sikap ilmiah.Sikap ilmiah yaitu :
1.      Mencintai kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil
2.      Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolute
3.      Tidak percaya pada takhyul, astrologi maupun untung-untungan
4.      Ingin tahu lebih banyak
5.      Tidak berpikir secara prasangka
6.      Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanyabukti-bukti yang nyata.
7.      Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang  menurut keyakinan ilmiahnya adalah benar.
B.     Keterbatasan


Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan ilmu atau pengetahuan yang  ilmiah. Dalam  pengujian hipotesis, diperlukan data. Data ini berasal dari pengamatan yang  dilakukan oleh  panca indera. Kita mengetahui bahwa panca indera mempunyai keterbatasan untuk menangkap sesuatu fakta. Dengan demikian maka data yang  terkumpul juga tidak sesuai dengan yang  sebenarnya. Kesimpulan yang diambil berdasarkan data tidak benar, tentu saja juga tidak akan benar. Jadi,peluang  terjadinya kekeliruan suatu kesimpulan yang diambil berdasarskan metode ilmiah tetap ada. Oleh karena itu semua kesimpulan ilmiah, atau kebenaran ilmu bersifat  tentatif, artinya kesimpulan itu dianggap benar selama belum  ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu. Sedangkan kesimpulan ilmiah yang dapat  menolak kesimpulan ilmiah yang  terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang  baru.Keterbatasan lain yaitu tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistim nilai,tentang  seni dan keindahan, dan juga tidak dapat  menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.

Sumber:
Harmoni, Ati. 1992. Pengantar Ilmu Alamiah Dasar. Depok: Universitas Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar